Jumat, 21 November 2014
DFD (Data Flow Diagram) Dyzki Shop
Dyzki Shop merupakan UKM yang menjual barang-barang perlengakapan perempuan yang dijual di sebuah toko dengan sistem pembayaran tunai. Berikut DFD-nya yang telah saya buat menggunakan MS. Excel.
1. Diagram Konteks Dyzki Shop
2. Diagram Zero Dyzki Shop
DFD Level 1
Diagram 2.0
Diagram 3.0
Kamis, 20 November 2014
Teori: DFD (Data Flow Diagram)
Pengertian DFD
DFD (Data Flow Diagram) adalah suatu
diagram yang menggunakan notasi-notasi untuk menggambarkan arus dari data sistem,
yang penggunaannya sangat membantu untuk memahami sistem secara logika,
tersruktur dan jelas. DFD merupakan alat bantu dalam menggambarkan atau
menjelaskan proses kerja suatu sistem. Suatu yang lazim bahwa ketika
menggambarkan sebuah sistem kontekstual data flow yang akan pertama kali
muncul adalah interaksi antara sistem dan entitas luar. DFD didisain untuk
menunjukkan sebuah sistem yang terbagi-bagi menjadi suatu bagian sub-sistem
yang lebih kecil dan untuk menggaris bawahi arus data antara kedua hal yang
tersebut diatas. Diagram ini lalu dikembangkan untuk melihat lebih rinci
sehingga dapat terlihat model-model yang terdapat di dalamnya. dan DFD juga
merupakan gambaran grafis yang memperlihatkan aliran data dari sumbernya dalam
obyek kemudian melewati suatu proses yang mentransformasikan ke tujuan yang
lain, yang ada pada objek lain.
Jenis jenis serta perbedaan dari DFD :
1.
Diagram Konteks
Merupakan
diagram tingkat atas yang terdiri dari proses dan menggambarkan hubungan
terminator dengan sistem yang mewakili suatu proses. Hubungan antar Terminator
dan Data Store tidak digambarkan.
2.
Diagram Zero
Diagram ini
merupakan diagram tingkat menengah yang menggambarkan proses utama dari dalam
sistem, yang terdiri dari hubungan entitas (entity), proses data flow dan
penyimpanan data (data store).
3.
Diagram Detail atau Diagram Primitif
Diagram
Primitif merupakan diagram paling bawah yang tidak dapat diuraikan lagi,
sedangkan Diagram Detail masih dapat diuraikan.
Flowchart terbagi menjadi 5 (lima) jenis bagian yaitu :
1.
Flowchart Sistem (System FLowchart) Merupakan
bagan yang menunjukkan alur kerja atau apa yang sedang dikerjakan didalam
sistem secara keseluruhan dan menjelaskan urutan dari prosedur-prosedur yanhg
ada di dalam sistem.
2.
Flowchart Paperwork / FLowchart Dokumen (Document
Flochart) Flowchart Paperwork menelusuri alur dari data yang ditulis melalui
sistem. Flowchart Paperwork juga sering disebbut Flowchart Dokumen.
3.
Flowchart Skematik (Schematic FLowchart) Flowchart Skematik merupakan bagan yang mirip
dengan Flowchart Sistem yang menggambarkan suatu sistem atau prosedur.
Perbedaannya bukan hanya menggunakan simbol-simbol flochart standar, tetapi
juga menggunakan gambar-gamabar komputer, peripheral, from-from atau peralatan
lain yang digunakan dalam sistem.
4.
Flowchart Program (Program Flochart) Flowchart
Program merupakan bagan yang menjelaskan keterangan lebih rinci tentang
langkah-langkah dari proses program. Flowchart Program juga dihasilkan dari
Flowchart Sistem.
5.
Flowchart Proses (Proses Flowchart)
Flowchart Proses merupakan bagan alir yang banyak digunakan di teknik
industri. Flowchart juga digunakan untuk memecah dan menganalisis
langkah-langkah selanjutnya dalam suatu prosedutr atau sistem.
Simbol-Simbol yang digunakan pada DFD
Beberapa symbol
digunakan di DFD untuk maksud mewakili (Jogiyanto ,1990):
- External entity (kesatuan luar) atau boundary (batas sistem);
- Data flow (arus data);
- Process (proses);
- Data store (simpanan data).
-Kesatuan Luar
Setiap sistem
pasti mempunyai batas sistem (boundary) yang memisahkan suatu sistem
dengan lingkungan luarnya. Sistem akan menerima input dan menghasilkan output
kepada lingkungan luarnya. Kesatuan luar (external entity) merupakan
kesatuan (entity) dilingkungan luar sistem yang dapat berupa orang,
organisasi atau sistem lainnya yang berada dilingkungan luarnya yang akan
memberikan input atau menerima output dari sistem. Kesatuan luar ini kebanyakan
adalah salah satu dari berikut ini (Jogiyanto ,1990).
-Arus Data
Arus data (data
flow) di DFD diberi simbol suatu panah. Arus data ini mengalir diantara
proses (process), simpanan data (data store) dan kesatuan luar (exsternal
entity). Arus data menunjukan arus data yang dapat berupa masukan untuk
sistem atau hasil dari proses sistem dan dapat berbentuk sebagai berikut ini
(Jogiyanto ,1990).
-Proses
Suatu proses
adalah kegiatan atau kerja yang dilakukan oleh orang, mesin atau komputer dari
hasil suatu arus data yang masuk kedalam proses untuk dihasilkan arus data yang
akan keluar dari proses. Untuk physical dataflow diagram (PDFD), proses
dapat dilakukan oleh orang, mesin atau computer, sedang untuk logical data
flow diagram (LDFD), suatu proses hanya menunjukkan proses dari computer.
Perbedaan dari PDFD dan LDFD akan dibahas kemudian. Suatu proses dapat
menunjukkan dengan symbol lingkaran atau dengan simbol empat persegi panjang
tegak dengan sudut-sudut tumpul (Jogiyanto ,1990).
-Simpanan Data
Menunjukkan
informasi yang tersimpan dalam file diantara transactions. Data store
diidentitaskan dengan “D dengan nomor” untuk data store komputer dan “M dengan
nomor” untuk manual data store. Data store disimbolkan sebagai berikut
(Jogiyanto ,1990) :
2. SIMBOL DFD
3. Tujuan DFD (Data Flow Diagram) atau Diagram Arus
Data
Tujuan Diagram
Arus Data atau DFD adalah untuk menunjukan proses yang dijalankan data dalam
sistem ,memberikan indikasi mengenai
bagaimana data ditransformasi pada saat data bergerak melalui sistem,dan
menggambarkan fungsi-fungsi(dan sub fungsi) yang mentrans formasi aliran data .
4.Syarat Membuat DFD
Syarat-syarat pembuatan DFD ini
adalah :
1. Pemberian nama untuk tiap
komponen DFD
2. Pemberian nomor pada komponen proses
3. Penggambaran DFD sesering mungkin agar enak dilihat
4. Penghindaran penggambaran DFD yang rumit
5. Pemastian DFD yang dibentuk itu konsiten secara logika
2. Pemberian nomor pada komponen proses
3. Penggambaran DFD sesering mungkin agar enak dilihat
4. Penghindaran penggambaran DFD yang rumit
5. Pemastian DFD yang dibentuk itu konsiten secara logika
5. Berikut ini
tips-tips dalam membuat DFD :
- Pilih notasi sehingga proses yang didekomposisi atau tidak didekomposisi
dapat dibaca dengan mudah
- Nama proses harus terdiri dari kata kerja dan kata
benda
- Nama yang dipakai untuk proses, data store, dataflow harus konsisten
(identitas perlu)
- Setiap level harus konsisten aliran datanya dengan level sebelumnya
- Usahakan agar external entity pada setiap level konsisten peletakannya
- Banyaknya proses yang disarankan pada setiap level tidak melebihi 7
proses
-Dekomposisi berdasarkan kelompok data lebih disarankan (memudahkan aliran
data ke storage yang sama)
- Nama Proses yang umum hanya untuk prose yang masih
akan didekomposisi
- Pada Proses yang sudah tidak
didekomposisi, nama Proses dan nama Data harus sudah spesifik
- Aliran ke storage harus melalui
proses, tidak boleh langsung dari external entit
-Aliran data untuk Proses Report ,harus ada aliran keluar. Akan ada aliran
masuk jika perlu parameter untuk mengaktifkan report
- Aliran data
yang tidak ada datastorenya harus diteliti, apakah memang tidak mencerminkan
persisten entity (perlu disimpan dalam file/tabel), yaitu kelak hanya akan
menjadi variabel dalam program.
6.Langkah – Langkah Persiapan DFD
Selama analisis
Sistem, DFD dapat digunakan untuk memberikan model lingkup proyek sistem dan
untuk menganalisa serta membentuk model fakta-fakta studi yang telah di
kumpulkan selama analisis. DFD digunakan untuk menggambarkan bentuk sistem yang
sedang di kembangkan secara keseluruhan. Hal ini untuk menjelaskan pemroses
rinci dari suatu transaksi. Tidak ada aturan
baku untuk menggambarkan DFD. Tapi dari berbagai referensi yang ada, secara
garis besar langkah untuk membuat DFD adalah:
Langkah 1 : Menggambar diagram tingkat konteks. Diagram ini menggambarkan source , sink , proses utama , dan lingkup sistem pada waktu pengembangan.
Langkah 2 : Menguraikan (decompose) Diagram Tingkat Konteks. Diagram tingkat konteks diuraikan atau di-decompose menjadi DFD tingkat kedua.
Langkah 3 : Menguraikan ketingkat dasar (elementary sistem). Proses 1-3 menyortir tumpukan (batch), diuraikan menjadi DFD tingkat dasar. Tingkat diagram ini menjelaskan secara jauh lebih rinci proses-proses aktual yang terjadi untuk menyortir tumpukan.
7. Langkah-Langkah Membuat DFD
-Membuat
Diagram Konteks (diagram context)
Diagram ini adalah diagram level
tertinggi dari DFD yang menggambarkan hubungan sistem dengan lingkungan
luarnya.
Caranya :
Caranya :
- Tentukan nama sistemnya.
- Tentukan batasan sistemnya.
- Tentukan terminator apa saja yang ada dalam sistem.
- Tentukan apa yang diterima/diberikan external entity dari/ke sistem.
- Gambarkan diagram konteks.
-Membuat
Diagram Level Zero (Overview Diagram)
Diagram ini adalah dekomposisi dari
diagram konteks.
Caranya :
Caranya :
- Tentukan proses utama yang ada pada sistem.
- Tentukan apa yang diberikan/diterima masing-masing proses ke/dari sistem sambil memperhatikan konsep keseimbangan (alur data yang keluar/masuk dari suatu level harus sama dengan alur data yang masuk/keluar pada level berikutnya).
- Apabila diperlukan, munculkan data store (master) sebagai sumber maupun tujuan alur data.
- Hindari perpotongan arus data
- Beri nomor pada proses utama (nomor tidak menunjukkan urutan proses).
-Membuat
Diagram Level Satu
Diagram ini merupakan dekomposisi dari
diagram level zero.
Caranya :
Caranya :
- Tentukan proses yang lebih kecil (sub-proses) dari proses utama yang ada di level zero.
- Tentukan apa yang diberikan/diterima masing-masing sub-proses ke/dari sistem dan perhatikan konsep keseimbangan.
- Apabila diperlukan, munculkan data store (transaksi) sebagai sumber maupun tujuan alur data.
- Hindari perpotongan arus data.
- Beri nomor pada masing-masing sub-proses yang menunjukkan dekomposisi dari proses sebelumnya.Contoh : 1.1, 1.2, 2
Referensi:
http://megasuryonop.blogspot.com/2014/01/mengenal-dfd-data-flow-diagram_7040.html
Rabu, 08 Oktober 2014
Perbedaan Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Manajemen (Teori)
Akuntansi dalam bisnis dan dinamika
perusahaan, mempunyai peran yang sangat penting terutama untuk memberikan
informasi keuangan sebagai pendukung pengambilan keputusan. Berbagai macam
kepentingan, keputusan, dan penggunaan informasi keuangan dalam perusahaan
menyebabkan berkembangnya ilmu Akuntansi, informasi keuangan yang dihasilkan
bukan hanya terbatas pada penyediaan laporan keuangan sebagai bentuk
pertanggungjawaban manajemen saja, namun sebagai alat pendukung pengambilan
keputusan di masa datang, peramalan laba, hingga akuisisi dan merger.
Meskipun perkembangan Akuntansi sebagai disiplin ilmu begitu luas namun secara
garis besar Akuntansi dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu Akuntansi Keuangan
dan Akuntansi Manajemen. Kedua tipe tersebut muncul karena dinamika perusahaan
yang bertemu dengan disiplin ilmu Akuntansi dan berusaha untuk memenuhi
kebutuhan pengguna informasi keuangan yang berbeda. Pengambil keputusan yang berbeda,
memerlukan informasi keuangan yang berbeda antara satu dengan yang lain.
Perbedaan pokok antara Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Manajemen terletak
pada:
- Pemakai Laporan Akuntansi dan tujuan mereka
- Lingkup Informasi
- Fokus Informasi
- Rentang Waktu
- Kriteria bagi informasi Akuntansi
- Sifat informasi
Akuntansi Keuangan
Akuntansi keuangan mempunyai tujuan untuk
menyajikan informasi keuangan bagi pemakai di luar perusahaan, contohnya
seperti pemegang saham, kreditor, analis keuangan, karyawan, instansi pemerintah
dan lainnya. Sementara itu, tujuan masing-masing pemakai laporan keuangan dari
pihak luar perusahaan adalah bentuk hubungan atau kerjasama yang akan mereka
ambil di masa depan dengan perusahaan penerbit laporan keuangan, singkatnya
para pemakai laporan keuangan menggunakan laporan keuangan tidak bertujuan
untuk mengambil keputusan mengenai perusahaan, namun lebih pada untuk mengambil
keputusan jenis dan sifat hubungan seperti apa yang akan di lakukan dengan
perusahaan penerbit laporan keuangan di masa yang akan datang.
Untuk lingkup informasi, pada laporan
Akuntansi Keuangan umumnya menyajikan informasi keuangan tentang perusahaan
secara keseluruhan. Neraca (laporan posisi keuangan) yang menyajikan aset,
kewajiban (liabilitas), dan modal perusahaan secara keseluruhan, ataupun
laporan Rugi-Laba (laporan laba-rugi komprehensif) yang menyajikan hasil
kegiatan dari perusahaan secara keseluruhan. Karena tujuan laporan keuangan
untuk pemakai dari luar perusahaan, maka informasi yang ada dalam laporan keuangan
lebih berbentuk ringkasan (summary) dan menggambarkan keuangan
perusahaan secara keseluruhan. Hal ini sangat penting untuk pengguna laporan
keuangan yang berasal dari luar perusahaan sebagai perluasan dari informasi
mengenai perusahaan secara keseluruhan.
Ditinjau dari fokus informasi, Akuntansi
Keuangan berfokus pada informasi masa lalu (historical). Akuntansi
Keuangan menggambarkan suatu bentuk pertanggungjawaban dana yang sebelumnya
dipercayakan oleh para penyedia dana dari pihak luar perusahaan kepada
manajemen perusahaan.
Dari segi rentang waktu, Akuntansi Keuangan
menghasilkan laporan yang kurang fleksibel dan hanya mencakup jangka waktu
tertentu, seperti misalnya periode satu tahun (annual), periode setengah
tahun (interim), periode satu kuartal, atau periode satu bulan.
Untuk kriteria bagi informasi Akuntansi
Keuangan, merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim atau berterima secara
umum. Prinsip-prinsip tersebut merupakan hasil dari perumusan organisasi yang
berwenang seperti Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan Badan Pengawas Pasar
Modal (BAPEPAM) sebagai hasil dari tuntutan pemakai laporan keuangan yang
berasal dari pihak luar perusahaan. Pemakai laporan keuangan dari pihak luar
perusahaan tidak mempunyai pengetahuan langsung tentang praktik dalam
perusahaan, laporan keuangan merupakan satu-satunya media komunikasi antara
pihak luar dengan manajemen, karena itu laporan keuangan dari Akuntansi
keuangan memerlukan suatu standarisasi bentuk laporan keuangan agar pengguna
laporan keuangan dari pihak luar dapat membandingkan berbagai laporan keuangan
dari beberapa perusahaan yang berbeda sebagai bahan pertimbangan untuk
pengambilan keputusan tentang hubungan yang akan diambil dengan perusahaan di
masa datang.
Sifat informasi dari Akuntansi Keuangan memerlukan
tingkat ketepatan yang tinggi, objektif, dapat diuji kebenarannya, dan juga
akurat, karena para pemakainya adalah pihak-pihak dari luar perusahaan yang
menggunakan laporan keuangan sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan
keputusan. Untuk mendapatkan tingkat ketepatan tersebut perusahaan terkadang
menggunakan jasa dari pihak ketiga yang bebas dari kepentingan apapun untuk
memberikan pendapat tentang laporan keuangan perusahaan, yaitu auditor.
Akuntansi Manajemen
Berbeda dengan Akuntansi Keuangan yang
mempunyai fokus laporan pertanggungjawaban dan ringkasan kondisi perusahaan
kepada pihak luar perusahaan, laporan keuangan atau hasil olah informasi dari
Akuntansi Manajemen mempunyai fokus menyediakan informasi keuangan bagi
keperluan pihak internal perusahaan atau manajemen. Akuntansi Manajemen
berhubungan dengan informasi mengenai perusahaan untuk memberikan manfaat bagi
para pemakai laporan keuangan yang berada dalam perusahaan (manajemen) sebagai
bahan pertimbangan yang mendukung dalam pengambilan keputusan.
Lingkup informasi pada Akuntansi Manajemen
cenderung lebih sempit, tidak lagi berfokus pada perusahaan sebagai satu
entitas melainkan lebih detil karena lingkup informasi bertujuan untuk
melaporkan bagian-bagian tertentu dari perusahaan, seperti bagian produksi,
bagian pemasaran dan lainnya. Namun kompleksitas lingkup informasi keuangan
yang dihasilkan oleh Akuntansi Manajemen ini nantinya akan sejalan dengan
tingkat-tingkat manajemen yang terlibat dalam membuat keputusan.
Dalam fokus informasi, Akuntansi Manajemen
cenderung berorientasi pada masa yang akan datang, karena pengambilan keputusan
selalu menyangkut tentang hal-hal yang berhubungan dengan kebijakan perusahaan
di masa yang akan datang, namun untuk sumber informasi yang akan diolah bisa
bervariasi, mulai dari biaya-biaya di masa lalu (historical cost), biaya
sekarang (current cost) atau biaya masa datang (future cost).
Untuk Rentang waktu, Akuntansi Manajemen
menyediakan rentang waktu yang jauh lebih fleksibel dibandingkan Akuntansi Keuangan,
hal ini terjadi karena tuntutan dari manajemen perusahaan yang harus membuat
keputusan-keputusan penting dalam waktu yang relatif singkat dan cepat, baik
yang bersifat terstruktur, semi-terstruktur, hingga tidak terstruktur.
Rentang waktu yang diberikan bisa berupa harian, mingguan, bulanan, atau bahkan
hingga periode 10 tahun.
Kriteria bagi informasi Akuntansi Manajemen
tidak dibatasi oleh prinsip-prinsip akuntansi yang berterima umum, selama itu
memberi manfaat bagi pihak manajemen perusahaan, baik itu dalam hal pengukuran,
ataupun perhitungan. Dalam Akuntansi manajemen, praktik-praktik yang telah
terbukti berhasil dan bermanfaat pada suatu perusahaan kebanyakan akan ditiru
oleh perusahaan-perusahaan lain yang kemudian akan menyebar luas dalam dunia
industri. Selain itu, pada Akuntansi Manajemen tidak ada organisasi ataupun
undang-undang yang mengatur praktik-praktiknya, selama itu bermanfaat untuk
manajemen perusahaan maka perusahaan akan terus menggunakan praktik-praktik
tersebut.
Akuntansi Manajemen menghasilkan informasi
yang akan membantu manajemen untuk mengambil keputusan yang berhubungan dengan
kebijakan perusahaan, baik untuk perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengendalian, pengambilan keputusan yang berhubungan dengan kebijakan dalam
perusahaan selalu menyangkut masa yang akan datang. Maka dari itu Akuntansi
Manajemen tidak hanya mengandalkan satu disiplin ilmu saja yaitu akuntansi,
namun juga mengambil disiplin ilmu dari manajemen untuk mengatasi dan mengatur
sumber daya dan waktu perusahaan, selain itu Akuntansi Manajemen juga
menggunakan disiplin ilmu psikologi sosial ketika melakukan estimasi, perkiraan
dan peramalan untuk penjualan produk, pengendalian sumber daya manusia.
Akuntansi Manajemen sering mengumpulkan informasi-informasi yang relevan dengan
pengambilan keputusan dan bersifat taksiran karena pengambilan keputusan selalu
menyangkut tentang masa yang akan datang.
Perbandingan Akuntansi Manajemen Vs Akuntansi Keuangan
Berikut adalah perbandingannya, dilihat dari berbagai aspek:
1. Pengguna
Utama Laporan:
a) Akuntansi
Keuangan – Pengguna utama laporan yang dihasilkan oleh Akuntansi keuangan
adalah pihak eksternal perusahaan. Pihak eksternal yang dimaksudkan di sini,
yakni para pemegang saham, kreditur (institusi keuangan dan non-keuangan), dan
regulator (Badan Pengawas Pasar Modal dan Direktorat Jenderal Pajak).
b) Akuntansi
Manajemen – Seperti namanya, pengguna utama laporan yang dihasilkan oleh
akuntansi manajemen adalah para pengelola perusahaaan yang terdiri dari para manajer
dan eksekutif perusahaan yang lumrah disebut “management” saja.
2. Laporan
Utama yang Disajikan:
a) Akuntansi
Keuangan – Laporan utama yang disajikan oleh Akuntansi Keuangan selalu
berupa “Laporan Keuangan” yang terdiri dari:
- Neraca (Balance Sheet) – Laporan Keuangan yang menyajikan informasi mengenai posisi keuangan perusahaan hingga pada tanggal tertentu, misalnya 31 Desember 2013 (itu sebabnya PSAK saat ini memakai istilah “Lap Posisi Keuangan”.) Isinya: Aset, Liabilitas, Ekuitas Pemilik.
- Laporan Laba Rugi (Profit and Lost Statement) – Laporan Keuangan yang menyajikan informasi mengenai hasil operasional perusahaan selama satu periode tertentu, misalnya 1 Januari s/d 31 Desember 2013, apakah membukukan laba atau rugi. Isinya: Pendapatan, Beban, Biaya, Laba/Rugi.
- Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement) – Laporan Keuangan yang menyajikan informasi mengenai aliran kas perusahaan; darimana kas masuknya berasal dan digunakan untuk apa saja, selama satu periode tertentu, misalnya 1 Januari s/d 31 Desember 2013. Isinya: Kas dari Aktivitas Investasi, Kas dari Aktivitas Operasi, dan Kas dari Aktivitas Pendanaan.
b) Akuntansi
Manajemen – Laporan utama yang disajikan oleh Akuntansi Manajemen beragam
dan tidak sama antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lain—tergantung
jenis dan skala usahanya. Namun laporan-laporannya selalu berupa Laporan
Internal, diantaranya berupa:
- Laporan Kas (Cash Reports) – Laporan yang menyajikan posisi kas setiap hari atau minggu, perbandingan kas dengan forecast dan budget, perbandingan kas periode sebelumnya)
- Laporan Status (Status Reports) – Laporan yang menyajikan kinerja keuangan dan operasional perusahaan per hari atau minggu. Memuat perbandingan antara kondisi sebenarnya yang sedang terjadi dengan budget dan forecast.
- Laporan Gaji (Payroll Reports) –Laporan dapat memberi informasi, sampai per laporan dibuat, sudah berapa kewajiban gaji dan upah perusahaan terhadap pegawai per departemen, per orang. Sekaligus membandingkan data tersebut dengan budget dan forecast.
- Laporan Penjualan dan Biaya (Sales and Expenses Reports) – Laporan yang menyajikan capaian penjualan sampai per tanggal laporan, sudah berapa persen yang tercapai dibandingkan dengan forecast dan budget. Data disajikan per customer (pelanggan) atau per nama marketer/salesman. Di sisi lainnya juga menyajikan biaya-biaya yang telah dikeluarkan hingga laporan yang telah dibuat, apakah masih dalam toleransi budget, bagaimana perbadingannya dengan forecast.
- Laporan Cost (Cost Report) – Laporan yang menyajikan besaran beban yang timbul dari operasional perusahaan, pada kurun waktu tertentu (untuk cost center bisa jadi harian atau mingguan), tentu saja dilengkapi dengan hitung-hitungan dan analisa-analisa beban/cost yang sangat rinci, per department hingga per aktivitas. Tergantung teknik costing apa yang diterapkan, laporan ini dilengkapi dengan hitungan dan analisa-analisa pelengkap, misalnya berupa “Laporan Selisih” (Variance Report) jika perusahaan menerapkan “standard costing”.
- Laporan Marjin (Margin Reports) – Laporan yang menyajikan informasi mengenai marjin (nilai penjualan dikurangi harga pokok penjualan) per jenis barang (item) dan per customer (pelanggan). Laporan ini juga dapat memberi gambaran mengenai barang mana saja yang sampai pada saat laporan dibuat mencetak marjin (laba kotor) tinggi, mana yang rendah, dengan pisah batas dan parameter tertentu. Juga, menyajikan informasi mengenai penjualan ke customer (pelanggan) mana yang memberi marjin tinggi, mana yang rendah.
- Laporan Kapasitas (Capacity Reports) – Laporan ini khas untuk perusahaan berjenis manufaktur (industri/pabrikan). Laporan yang menyajikan kapasitas produksi perusahaan per bagian/divisi, hingga per satu nit mesin. Sekaligus menampilkan data, kapasitas mesin per tanggal laporan dibuat, berapa persen terisi. Sehingga secara kesuluruhan dapat diketahui mesin mana saja yang bekerja dengan kapasitas penuh dan mana yang tidak.
3.
Cakupan Isi Laporan:
a) Akuntansi
Keuangan – Cakupan isi “Laporan Keuangan” yang disajikan oleh Akuntansi
Keuangan mencerminkan atau mewakili kondisi perusahaan (baca: entitas) secara
keseluruhan. Pembaca Laporan Keuangan tidak bisa mengetahui berapa penjualan
dari toko A, B, dan C, dari PT JAK misalnya, karena yang disajikan hanya total
penjualan dari semua toko yang ada di bawah kendali PT. JAK. Demikian halnya
dengan beban/biaya. Hal itu karena pengguna Laporan Keuangan memang tidak
membutuhkan informasi sampai sejauh itu.
b) Akuntansi
Manajemen – Cakupan isi “Laporan Internal” yang disajikan oleh Akuntansi
Manajemen mencerminkan atau mewakili sampai ke subunit suatu entitas mulai dari
per cabang, departemen, hingga ke aktivitas tertentu. Pengguna Laporan
Internal, yaitu management perusahaan, bisa mengetahui kondisi perusahaan ke
bagian operasional perusahaan yang paling kecil. Hal ini karena informasi
tersebut memang diperlukan untuk proses pengambilan keputusan internal para
pengelola perusahaan.
4. Tingkat
Kerincian Laporan:
a) Akuntansi
Keuangan – Laporan Keuangan yang disajikan oleh Akuntansi Keuangan
bersifat general, global dan ringkas. Neraca misalnya, pada perusahaan kecil
mungkin terdiri dari satu halaman saja, sedangkan pada perusahaan terbuka (TBK)
yang paling besar mungkin maksimal hanya 4 halaman saja. Demikian halnya dengan
Laporan Laba Rugi dan Laporan Arus Kas, semuanya disajikan serba ringkas.
b) Akuntansi
Manajemen – Laporan Internal yang disajikan oleh Akuntansi Manajemen
bersifat spesifik dan detail. Laporan Penjualan misalnya, mungkin bisa berpuluh
atau ratus halaman; dilaporkan per customer, per lokasi outlet (retailer), per
item barang, per warna, per size, dst. Tak jarang laporan-laporannya juga
dilengkapi dengan diagram (chart) yang dirancang untuk manager yang lebih suka
membaca laporan yang divisualisasikan.
5. Sumber
Data Laporan:
a) Akuntansi
Keuangan – Data yang digunakan untuk menyusun Laporan Keuangan seratus
persen bersumber dari transaksi keuangan yang kemudian diinput dalam bentuk
journal entry (debit-kredit).
b) Akuntansi
Manajemen – Data yang digunakan untuk membuat Laporan Internal manajemen
bersumber dari data apapun yang dianggap relevan dan terkait dengan kegiatan
usaha, termasuk jurnal (debit-credit yang dihasilkan oleh akuntansi keuangan.
6. Aturan
Pengolahan Data dan Penyajian Laporan:
a) Akuntansi
Keuangan – Dalam mengolah data dan menyajikan laporan, Akuntansi Keuangan
secara tegas diwajibkan mengikuti konsep, prinsip dan postulat tertentu, yang
tersandarisasi seperti tertuang dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK). Itu sebabnya, format laporan dan item dalam Laporan Keuangan selalu
sama (setidaknya nyaris sama).
b) Akuntansi
Manajemen – Patokan yang digunakan oleh Akuntansi Manajemen dalam mengolah
data dan menyajikan laporan hanya AKURASI dan RELEVANSI-nya terhadap jenis keputusan
manajemen perusahaan yang akan diambil—tidak ada aturan yang terstandarisasi.
Itu sebabnya, format dan isi Lapotan Internal masing-masing perusahaan
variatif.
7. Fungsi
Pelaporan:
a) Akuntansi
Keuangan – Pelaporan Keuangan oleh Akuntansi Keuangan dimaksudkan untuk
tujuan yang bersifat umum dari pengguna laporan keuangan yang memiliki
kepentingan berbeda-beda; pembagian dividend (pemegang saham), jual-beli saham
dan sekuritas (trader), persetujuan kredit/funding (banker), partnership dan
investasi (investor), perpajakan (DJP), dan regulasi pasar modal (Bappepam).
Dalam pengertian, apapun kepentingan para pengguna, selalu disodori Laporan
Keuangan yang format dan item dalam laporan keuangan yang selalu sama.
Misalnya, Laporan Keuangan yang diberikan ke bank sama dengan yang
dipublikasikan ke investor.
b) Akuntansi
Manajemen – Pelaporan Internal oleh Akuntansi Manajemen dimaksudkan untuk
kepentingan yang bisa jadi bersifat rutin (forecast dan budget misalnya), dan
bisa jadi juga bersifat khusus dalam kasus yang sangat khusus—laporan kapasitas
produksi karena perusahaan mengalami keterlambatan delivery misalnya, atau
laporan penjualan yang dibutuhkan untuk perubahan strategi pemasaran misalnya,
atau laporan analisa A/R dalam rangka melakukan revisi kebijakan kredit, dan
lain sebagainya. Laporan yang diberikan kepada manager misalnya, tak sama
dengan laporan yang disampaikan ke eksekutif, yang diserahkan ke manager
produksi tidak sama dengan yang disampaikan ke manager pemasaran.
8. Waktu
Pelaporan:
a) Akuntansi
Keuangan – Penyampaian Laporan Keuangan oleh Akuntansi Keuangan dilakukan
secara rutin dan terjadwal secara pasti (kwartal, semesteran, tahunan).
Keterlambatan laporan bisa berakibat sanksi (misalnya terlambat menyampaikan
laporan fiskal).
b) Akuntansi
Manajemen – Penyampaikan Laporan Internal oleh Akuntansi Manajemen ada yang
dilakukan secara terjadwal, lebih banyak yang tak terjadwal, bisa sewaktu-waktu
kapanpun dibutuhkan oleh pengguna (management perusahaan).
9. Penilai
Kualitas Laporan:
a) Akuntansi
Keuangan – Kualitas Laporan Keuangan tidak dinilai langsung oleh pengguna
(pihak eksternal), melainkan diwakili oleh team auditor independent dari KAP
tertentu melalui proses audit. Sepanjang team auditor independen menyatakan
laporan keuangan handal dan bisa dipercaya, maka pihak eksternal juga akan
berpendapat yang sama. Khusus Ditjen Pajak dan Bea Cukai, mereka memiliki team
pemeriksa (auditor) sendiri dan hanya percaya kepada hasil penilaian mereka.
b) Akuntansi
Manajemen – Yang menilai kualitas Laporan Internal adalah pengguna langsung
(management perusahaan). Sepanjang laporan yang disajikan akurat dan bisa
dijadikan input dalam proses pengambilan keputusan, maka laporan dianggap
berkualitas. Yang agak sulit, masing-masing manajer perusahaan memiliki selera
dan gaya analisa yang berbeda-beda, disamping kepentingan yang berbeda-beda
(sesuai fungsi maisng-masing manager). Manajer A mungkin suka laporan yang
super detail, manajer B mungkin pusing kalau melihat laporan yang terlalu
detail.
10. Sertifiksi:
a) Akuntansi
Keuangan – Sertifikasi khusus bagi mereka yang professional dalam
Akuntansi Keuangan disebut “Certified Public Accountant” (CPA). Sertifikat
diperoleh setelah memenuhi persyaratan tertentu dan lulusan ujian khusus.
b) Akuntansi
Manajemen – Sertifikasi khusus bagi mereka yang professional dalam
Akuntansi Manajemen disebut “Certified Management Accountant” (CMA). Sertifikat
diperoleh setelah memenuhi persyaratan tertentu dan lulusan ujian khusus juga.
Langganan:
Postingan (Atom)